About Us

Sumigita Jaya (SGJ) is a registered company providing business in supply and construction services nationwide in Indonesia. Founded in 1997, it continuously performs reliable services to many domestic and international clients. With its home base in Riau Province, Indonesia, SGJ participates in major infrastructure development in this province and specifically, has deep experiences of construction and maintenance in Oil and Gas Industry. Has it major in civil, earthwork and mechanical work type of construction, SGJ is currently expanding its businesses to other area in Java and Kalimantan. With the strength of qualified resources and management system, SGJ keeps continue improving its services quality and grows for higher level of services.

Thursday 27 November 2008

Biayai 5 Proyek, Medco Butuh 3 Miliar Dollar AS

http://www.kompas.com/data/photo/2008/08/06/131748p.JPGJAKARTA,SELASA -  PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) sedang haus dana segar. Raksasa produsen minyak dan gas bumi asal Indonesia ini membutuhkan dana sekitar  3 miliar dollar AS untuk menggarap lima proyek yang ia miliki.

Memang, perusahaan migas milik Keluarga Panigoro ini tak harus menanggung seluruh kebutuhan dana tersebut. Medco akan berbagi beban dengan para mitranya di lima proyek tersebut. Nah, emiten bursa saham berkode MEDC ini berharap pendanaan dari para mitranya bisa menutup kebutuhan dana hingga senilai 1,7 miliar dollar AS.

Walhasil, Medco harus menanggung sisanya yang senilai 1,3 miliar dollar AS . Guna menutup kewajibannya, Medco akan mengandalkan dua sumber, yakni dari kantong sendiri serta dari utang ke bank. Cuma, belum jelas berapa porsi dari kantong sendiri dan berapa nilai utang yang akan mereka cari.

Menurut Hilmi Panigoro, Komisaris Utama Medco, lima proyek yang akan digarap Medco meliputi proyek pengeboran minyak di Area 47 Libya, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLT) Sarulla, Sumatera Utara, pengembangan lapangan gas di Senoro, Sulawesi Tengah, lapangan gas Blok A di Nangroe Aceh Darussalam, serta peningkatan produksi minyak baik di dalam maupun di luar negeri. Medco berharap kelima proyek itu bisa berjalan sesuai rencana.

Mantan Presiden Direktur Medco ini mengatakan bahwa perusahaannya sedang menjajaki utang dari berbagai institusi keuangan. Medco menjajaki utang kepada dua bank bagi tiap proyek. "Jadi, totalnya ada 10 institusi keuangan yang sedang kami dekati," kata Hilmi kepada KONTAN, pekan lalu.

Dia masih merahasiakan calon kreditur Medco tersebut. Yang pasti, 10 institusi keuangan itu berasal dari dalam dan luar negeri. Dari perbankan lokal, kemungkinan Medco akan menggandeng bank milik negara.

 

Area Libya butuh 900 juta dollar AS

Hilmi mengaku, saat ini ada dua bank asal Eropa yang sudah menyatakan komitmennya untuk membiayai pembangunan fasilitas pengeboran minyak di Area 47 Libya. Proyek di luar negeri ini membutuhkan dana sekitar 900 juta dollar AS atau lebih dari Rp 9 triliun (kurs Rp 12.000 per dollar AS). Dalam menggarap proyek di negaranya Muammar Qadafi itu, Medco telah menggandeng Verenex, Kanada, sebagai mitra strategis.

Sejauh ini, baru dua proyek yang sudah jelas sumber pendanaannya, yakni proyek PLTP Sarulla senilai 100 juta dollar AS , dan proyek lapangan gas Senoro. Hilmi menjelaskan, Medco sudah mengantongi komitmen pendanaan PLTP Sarulla dari dua institusi keuangan asing. Mereka adalah Japan Bank for International Corporation (JBIC) dan Asia Development Bank (ADB).

Dalam proyek PLTP yang berkapasitas 330 Megawatt (MW) ini, Medco bekerjasama dengan dua perusahaan asal Jepang, yakni Kyushu Electric Power Corporation dan Itochu Corporation. "Semoga tahun depan (pinjamannya) sudah bisa mengucur," imbuh Hilmi.

Sementara itu, pendanaan bagi proyek pengembangan gas Senoro, juga sudah aman. Sebab, kata Hilmi, pemegang saham utama proyek tersebut sekaligus pembeli gas Blok Senoro adalah Mitsubishi Corporation.

Danny Eugene, Kepala Riset Sarijaya Permana Sekuritas, melihat, Medco berambisi jadi pemasok minyak kelas dunia. Emiten pertambangan migas ini tak ragu melakukan ekspansi di luar Indonesia. Namun, dia menyebut beberapa hambatan yang bisa mengganjal ekspansi Medco. Misalnya, "Banyak bank yang kesulitan likuiditas," ujar Danny.

Di sisi lain, nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat. Sedangkan harga minyak mentah turun terus di bawah level 50 dollar AS  per barrel. "Jadi bank akan lihat-lihat dulu, kalau harga minyak makin rendah, break event point-nya tambah panjang," imbuhnya.? Toh, Medco tak mempunyai pilihan pendanaan lain. Pasalnya, pendanaan lewat pasar modal atau obligasi sulit untuk ditempuh dalam kondisi saat ini. Maklum, pasar modal sedang lesu darah.


Abdul Wahid Fauzie,Wahyu Tri Rahmawati

 

Monday 24 November 2008

Rame-rame Mengincar Dubai

Senin, 24 November 2008 | 14:01 WIB

JAKARTA, SENIN - Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto beserta sejumlah pelaku kontruksi mengincar sejumlah proyek di Dubai, Timur Tengah saat lawatan menghadiri ekspo di negara tersebut.
   
"Kami akan mencoba membuka pasar konstruksi di Timur Tengah melalui Dubai. Karena, Dubai merupakan pusat keuangan terbesar seperti halnya Singapura di Asia," kata Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen Pekerjaan Umum, Sumaryanto Widayatin saat dihubungi, Senin (24/11).
   
Sumaryanto yang juga ikut dalam delegasi berjumlah lebih 40 orang termasuk dari perusahaan konstruksi Indonesia  mengatakan, ikut serta perusahaan konstruksi di Indonesia dalam rangka menangkap peluang.
   
Dia memperkirakan, pasar konstruksi di Dubai yang dapat diikuti pelaku jasa konstruksi sangat besar 20 miliar dollar AS untuk pekerjaan yang membutuhkan keahlian seperti pemeliharaan gedung.
    
Dubai sendiri, menurut Sumaryanto, dikenal sebagai the big five building di Timur Tengah. Makanya, Dubai merupakan potensi pasar yang bagus. Khususnya, untuk kusen jendelan dan pintu berbahan alloy steel.

 

Saturday 15 November 2008

Tahun 2010 masyarakat bisa gunakan bahan bakar bio

Dari: energiportal

Jumat, November 14, 2008 17:53:13


Tampaknya pada tahun 2010 masyarakat sudah bisa mulai menggunakan bahan bakar bio seperti biopertamax, biopremium dan biosolar. Meski saat ini biosolar terlihat masih sepi pembeli, PT. Pertamina (Persero) menargetkan hingga akhir tahun ini untuk memasarkan bahan bakar bio atau biofuel merata di Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali.

Seperti yang diungkapkan oleh Dirut Pertamina Arie H. Soemarno pada acara peluncuran Pertamina Biosolar untuk industri dan perluasan penjualan BBN di SPBU seluruh Indonesia, Selasa (11/11) kemarin, PT. Pertamina akan melanjutkan pendistribusian produk biofuel ke seluruh Jawa, Sumatera, sebagian Kalimantan dan Makasar, Sulawesi Selatan pada tahun 2009.

Sebagai perusahaan nasional yang memiliki pengalaman pemasaran migas selama lebih dari 51 tahun, memasarkan produk baru seperti biofuel bukanlah hal yang sulit. Beberapa hal yang menjadi nilai tambah biofuel adalah tidak diperlukannya modifikasi mesin untuk kendaraan serta tidak meniggalkan kerak pada mesin.

Secara tidak langsung, pemasaran produk tersebut juga akan menempatkan PT. Pertamina sebagai perusahaan milik negara yang mendukung program pemerintah dalam hal diversifikasi energi dan pelestarian lingkungan.

Wednesday 12 November 2008

Pajak Fiskal Ke Luar Negeri Naik Mulai 2009

Ini kabar yang kurang enak buat Anda yang belum punya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Mulai tahun depan, jika Anda ke luar negeri, tarif pembayaran Fiskal akan naik. "Berapa tarif barunya, nanti akan saya beri kabar," ujar Direktur Jenderal Pajak Darmin Nasution, kemarin. Pemerintah, menurut Darmin, akan menerbitkan peraturan kenaikan tarif fiskal yang mulai berlaku efektif pada 2009. Darmin sengaja menaikkan tarif fiskal sebelum pungutan ini hapus dari muka bumi pada 2011. Penghapusan bea fiskal pada 2011 itu adalah amanah UU Pajak Penghasilan PPh.

Pungutan fiskal adalah bagian dari PPh. Setiap orang yang bertolak ke luar negeri wajib membayarnya. Sebetulnya, pembayaran ini juga bisa menjadi pengurang kewajiban PPh pribadi atau PPh perusahaan jika bersedia mengurusnya. Dan mulai tahun depan, orang yang sudah memiliki NPWP tak perlu lagi membayar bea fiskal.

Karena itu, Darmin mengimbau masyarakat segera membuat NPWP. Bila tidak, selain bisa terkena denda pajak, mereka harus tetap membayar tarif fiskal yang tarifnya bakal lebih mahal dari tarif sekarang ini.

Saat ini, kewajiban membayar fiskal di bandara dan pelabuhan buat warga Indonesia yang ingin ke luar negeri Itu berlaku bagi warga berusia di atas 12 tahun.Di bandara ongkos fiskalnya sebesar Rp 1 juta per orang dan di pelabuhan Rp 500.000.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Melchias Markus Mekeng setuju dengan kebijakan ini. Ketentuan bebas fiskal bagi pemilik NPWP adalah bentuk pemberian bonus pada masyarakat. Sebaliknya, bagi mereka yang belum punya NPWP, ini adalah semacam sanksi. Tujuan utamanya, agar masyarakat jatuh membayar pajak," ujarnya

Pengamat Pajak Hendra Wyana juga menilai rencana kenaikan tarif fiskal ini wajar. Selain karena tarif saat ini sudah berlaku cukup lama, kebijakan ini dapat mendorong masyarakat mendapatkan NPWP. "Kenaikan ini bisa menjaring masyarakat yang suka ke luar negeri," kata Hendra

Di luar orang yang sudah memiliki NPWP, pemerintah juga memberikan fasilitas bebas fiskal khusus dengan kriteria tertentu. Misalnya untuk anggota korps diplomatik, pejabat negara, anggota TNI dan Polri serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tengah bertugas dan menggunakan Paspor Dinas. Jamaah haji dan petugas haji juga bebas dari pungutan ini.

Sumber: Harian Kontan, 10 Nopember 2008

Alain Robert in Jakarta